WOOD PELLET, BISNIS BARU YANG MENJANJIKAN
WOOD PELLET, BISNIS BARU YANG MENJANJIKAN
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha rimba Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mendorong pelaku bisnis industri kehutanan untuk merasa melirik bisnis rimba Tanaman Industri (HTI) energi seperti wood pellet yang menjanjikan. Pasalnya, kebutuhan dunia akan energi terbarukan semakin meningkat dan trend di banyak negara udah dituangkan didalam wujud kebijakan. Hal ini diungkap Indroyono di Jakarta, Jumat (20/09/2019).
Geliat bisnis wood pellet ini keluar dari keinginan yang konsisten meningkat di lebih dari satu negara seperti Jepang dan Korea Selatan. “Khusus Korea Selatan, aku memandang kesempatan ekspor wood pellet yang wajib dimanfaatkan oleh pelaku industri kehutanan,” ungkap Indroyono usai berdiskusi bersama dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi di Jakarta baru-baru ini premium wood pellet .
Indroyono utamakan pentingnya dijalankan percepatan pembangunan HTI-energi, termasuk wood pellet. “Beberapa perusahan anggota APHI udah bergerak di industri biomassa ini, seperti Perhutani di lahan seluas 20 ribu hektare dari keseluruhan target 122 ribu hektare yang direncanakan bersama dengan perkiraan memproduksi capai 52 ribu ton. Bahkan udah ada yang mengekspor wood pellet ke Korea Selatan yaitu Mitra Cipta Permata (MCP) terhadap bulan Juli lalu sebesar 34 ton” ujar Indroyono.
Industri wood pellet MCP yang berada di Provinsi Gorontalo didukung bahan baku HTI untuk jenis tanaman Jabon, Sengon dan Kaliandra serta limbah industri plywood. “Saat ini areal konsesi yang ditanami udah capai 15 ribu hektare,” tambah Indroyono.
Dengan kapasitas industri wood pellet sebesar 36 ribu ton/tahun atau 3 ribu ton/bulan, jadi tantangan tersendiri terkait kebutuhan bahan baku dari serbuk kayu dan limbah pengolahan kayu. “Kapasitas industri yang cukup besar wajib diimbangi bersama dengan kesuksesan penanaman HTI sehingga tidak terjadi gap pada kapasitas terpasang bersama dengan kebolehan suplai bahan baku yang bersertifikat” Ujar Indroyono.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi didalam diskusi bersama dengan Dewan Pengurus APHI tunjukkan pemakaian energi di Korea Selatan waktu ini didominasi oleh gas sebanyak 50%, diikuti oleh batu bara 30% dan nuklir 20%.
“Korea Selatan udah mengeluarkan kebijakan untuk tidak memperpanjang ijin perusahaan batu bara hingga bersama dengan tahun 2035. Kebijakan ini akan merasa diberlakukan terhadap 2025 mendatang, bersama dengan harapan wood pellet secara perlahan akan menggantikan 30% pemakaian batu bara di Korea Selatan” tambah Umar Hadi.